Media Komunitas
Perpajakan Indonesia

Apa Itu Metode Resale Price dalam Transfer Pricing?

Dokumen Istimewa

Dalam rangka menguji kewajaran dan kelaziman atas transaksi yang di uji, pemilihan metode harus bertujuan untuk menentukan metode yang paling sesuai (The Most Appropriate Method) untuk setiap kasus. Salah satu jenis metode transfer pricing yang dapat diterapkan adalah Resale Price Method. Pada artikel ini akan dibahas

Apa Itu Resale Price Method?

Dalam Pasal 11 ayat (4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 32/PJ/2011, metode Harga Penjualan Kembali atau resale price method (RPM) adalah metode penentuan harga transfer yang dilakukan dengan membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan harga jual kembali produk tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak independen. Sederhananya, metode ini digunakan pada transaksi dimana produk yang telah dibeli dari pihak yang memiliki hubungan istimewa dijual kembali kepada pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa.

Kapan Menggunakan Resale Price Method?

Kondisi yang tepat dalam menerapkan resale price method antara lain adalah:

  • tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan hasil analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan berbeda, dan
  • pihak penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas barang atau jasa yang diperjualbelikan.

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Metode Resale Price

OECD Transfer Pricing Guidelines 2022 menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan resale price method.

Memperhatikan Karakteristik Produk

Meskipun perbedaan produk dapat ditoleransi dalam metode ini, produk tetap harus dibandingkan. Dalam kondisi transaksi dengan proses/aktivitas yang sifatnya unik atau berakibat pada meningkatnya nilai produk (unique or valuable intangible), produk dengan tingkat komparabilitas lebih tinggi akan memberikan hasil yang lebih baik.

Apabila penyesuaian atas produk tidak dapat dilakukan, namun karakteristik lainnya sebanding, metode resale price dinilai lebih andal dibandingkan dengan metode CUP.

Penambahan Nilai Pada Produk

Resale price margin lebih mudah ditentukan jika reseller tidak menambahkan nilai yang substansial pada produk. Jika reseller melakukan perubahan yang material pada produk, seperti penambahan atau penyatuan komponen tertentu untuk menjadi finished good, harga wajar akan sulit ditentukan dengan metode resale price.

Aktivitas yang Dilakukan Distributor/Reseller

Aktivitas yang dilakukan oleh distributor atau reseller harus diperhatikan dalam penerapan metode resale price. Misalnya, apakah distributor hanya berperan sebagai forwarding agent, atau menanggung risiko kepemilikan barang, termasuk juga risiko atas kegiatan pemasaran, distribusi, garansi produk, pembiayaan, dan kegiatan lainnya. Aktivitas yang semakin kompleks dan risiko yang semakin besar akan berdampak pada resale price margin yang lebih tinggi. Sebaliknya, fungsi atau aktivitas yang sederhana berdampak pada margin yang lebih rendah.

Hak Eksklusif Penjualan Barang

Resale price margin atas suatu produk dapat berbeda dalam kondisi terdapat hak eksklusif atas penjualan suatu barang. Value dari hak eksklusif ini akan bergantung pada cakupan geografis atau tingkat kompetisi dengan produk substitusi. Hak eksklusif atas penjualan suatu barang dapat mendorong reseller untuk meningkatkan usahanya untuk menjual produk. Di sisi lain, hak tersebut juga dapat memberikan ‘monopoli’ sehingga reseller dapat memperoleh keuntungan dengan usaha yang minimum.

Praktik Akuntansi

Adjustment atau penyesuaian perlu dilakukan jika terdapat perbedaan pencatatan akuntansi antara transaksi afiliasi dengan transaksi independen. Penyesuaian perlu dilakukan untuk memastikan apakah resale price margin dihitung berdasarkan biaya yang sama. Sebagai contoh, biaya penelitian dan pengembangan mungkin dicatat sebagai operating expense atau cost of sale. Perbedaan pencatatan tersebut akan berdampak pada perbedaan gross margin sehingga perlu dilakukan penyesuaian.

Contoh Penerapan Resale Price Method

Terdapat dua distributor yang menjual barang pada market dan brand yang sama. Distributor X memberikan garansi produk, namun Distributor Y tidak. Distributor X tidak memasukkan garansi dalam pricing strategy, sehingga Distributor X menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi, dengan profit margin yang lebih tinggi dibandingkan Distributor Y yang menjual produk dengan harga lebih rendah. Dengan asumsi faktor-faktor lainnya sebanding, margin antara Distributor X dan Y tidak sebanding karena terdapat faktor yang berdampak secara substansial pada penentuan margin (adanya warranty), sehingga perlu dilakukan adjustment.

Berikut adalah contoh penerapan resale price method pada limited risk distributor