Media Komunitas Perpajakan Indonesia Forums PPh Orang Pribadi OP pake norma,PM nya bisa dikreditkan?

  • OP pake norma,PM nya bisa dikreditkan?

     begawan5060 updated 15 years, 3 months ago 11 Members · 37 Posts
  • kevin_boy

    Member
    6 February 2009 at 12:14 pm

    attn : rekan begawan

    Kutipan :
    PKP yg menggunakan norma, dlm menghitung PPN-nya, boleh memilih :
    a. Menggunakan Pedoman Kredit Pajak Masukan, berarti semua pajak masukan sudah tidak dapat dikreditkan lagi.

    artinya pada saat WP OP (PKP) pembelian barang, maka pajak masukan langsung dianggap sebagai harga pokok penjualan? apakah ini dikatakan pedoman kredit pajak masukan

  • kevin_boy

    Member
    6 February 2009 at 12:19 pm

    iya deh kalau bisa rekan begawan berikan contoh, supaya lebih jelas

    apabila : PKP yg menggunakan norma, dlm menghitung PPN-nya, boleh memilih :
    a. Menggunakan Pedoman Kredit Pajak Masukan, berarti semua pajak masukan sudah tidak dapat dikreditkan lagi.
    b. Menggunakan mekanisme PK-PM, berarti pajak masukan dapat dikreditkan.

    thank's…..

  • begawan5060

    Member
    6 February 2009 at 12:47 pm
    Originaly posted by Koostadi S:

    Pak Begawan, kalau hanya baca aturannya…..masih sulit untuk mengartikannya…kalau disertai dengan contoh kayaknya akan lebih jelas…..mudah-mudahan pak Begawan berkenan

    Rekan Koostadi, penjelasan/contoh dari rekan Juni sudah siip, jelas markolas !

    Originaly posted by kevin_boy:

    artinya pada saat WP OP (PKP) pembelian barang, maka pajak masukan langsung dianggap sebagai harga pokok penjualan? apakah ini dikatakan pedoman kredit pajak masukan

    PPN Masukan sudah tidak dapa lagi dikreditkan. Trus dimasukkan dlm elemen HPP? Kan nggak ngaruh.., soalnya dlm menghitung penghsl neto menggunakan norma.

    Originaly posted by kevin_boy:

    iya deh kalau bisa rekan begawan berikan contoh, supaya lebih jelas

    apabila : PKP yg menggunakan norma, dlm menghitung PPN-nya, boleh memilih :
    a. Menggunakan Pedoman Kredit Pajak Masukan, berarti semua pajak masukan sudah tidak dapat dikreditkan lagi.
    b. Menggunakan mekanisme PK-PM, berarti pajak masukan dapat dikreditkan.

    1. Contoh utk PKP yg menggunakan pedoman kredit PM, sebagaimana telah dijelaskan oleh rekan Juni. PPN Masukan yang tlah dibayar waktu pembelian BKP nggak perlu diperhatikan.
    2. Mekanisme PK-PM, contoh :
    PPN Keluaran = 10.000
    PPN Masukan = 8.000
    Kurang Bayar = 2.000
    Dalam kenyataannya, pedagang eceran dalam melakukan pembelian sangatlah sulit memperoleh FP standar (kalo nggak percaya, anda boleh survey), sehingga rata-rata pedagang eceran memilih menggunakan pedoman kredit PM

  • kevin_boy

    Member
    6 February 2009 at 2:22 pm

    rekan begawan…

    kalau WP Badan (sudah PKP) apakah boleh menggunakan pedoman kredit pajak masukan?

    atau wajib menggunakan mekanisme PK-PM, berarti pajak masukan boleh dikreditkan

  • begawan5060

    Member
    6 February 2009 at 2:49 pm
    Originaly posted by kevin_boy:

    rekan begawan…

    kalau WP Badan (sudah PKP) apakah boleh menggunakan pedoman kredit pajak masukan?

    atau wajib menggunakan mekanisme PK-PM, berarti pajak masukan boleh dikreditkan

    Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan adalah pengusaha orang pribadi yang memilih dikenakan PPh dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

    Dengan demikian PKP Badan harus menggunakan mekanisme PK-PM.

  • Koostadi S

    Member
    6 February 2009 at 3:58 pm

    terima kasih Sdr Begawan….atas penjelasannya

  • FRANSISCUS

    Member
    6 February 2009 at 5:49 pm

    buat rekan juni/begawan :menyambung topik diskusi ini,bagaimana dengan WP (X) yang mempunyai dua tempat usaha, dimana tempat usaha yang satu berada di KPP (Y) sedangkan tempat usaha yang satu lagi berada di KPP (Z) alias beda KPP?bagaimana cara menghitungnya?kewajiban apa saja yang timbul?petunjuk ini sangat membantu sekali………….

  • begawan5060

    Member
    9 February 2009 at 7:14 am
    Originaly posted by FRANSISCUS:

    buat rekan juni/begawan :menyambung topik diskusi ini,bagaimana dengan WP (X) yang mempunyai dua tempat usaha, dimana tempat usaha yang satu berada di KPP (Y) sedangkan tempat usaha yang satu lagi berada di KPP (Z) alias beda KPP?bagaimana cara menghitungnya?kewajiban apa saja yang timbul?petunjuk ini sangat membantu sekali………….

    WP. ini termasuk dlm ketentuan WP OP Pengusaha Tertentu :
    1. Besarnya angsuran PPh Ps 25 setiap bulan = Omset X 0,75% utnuk setiap gerai/tempat usaha. Kalo tidak ada usaha/penghasilan lainnya PPh Ps 25 bersifat final.
    2. Setiap gerai/tempat usaha, masing-masing dikukuhkan sbg PKP sendiri-sendiri,
    SPT masa PPN juga sendiri-sendiri

  • kevin_boy

    Member
    9 February 2009 at 9:02 am

    attn rekan begawan…

    yang dikatakan untuk pembayaran PPh pasal 25 besarnya omzet x 0,75%
    maksudnya apakah PPh pasal 25 (omzet x 0,75%) untuk Wajib Pajak Baru saja? atau Wajib Pajak perorangan yang mengunakan norma penghitungan?

  • nusa

    Member
    9 February 2009 at 9:38 am
    Originaly posted by kevin_boy:

    yang dikatakan untuk pembayaran PPh pasal 25 besarnya omzet x 0,75%maksudnya apakah PPh pasal 25 (omzet x 0,75%) untuk Wajib Pajak Baru saja? atau Wajib Pajak perorangan yang mengunakan norma penghitungan?

    ini buat WP OP pengusaha tertentu…..bukan buat WP OP baru atau WP OP yang menggunakan norma…

  • kevin_boy

    Member
    9 February 2009 at 10:11 am

    jadi yang dikatakan seperti WP OP pengusaha tertentu gmana ya? bisa jelaskan lebih detail……

  • begawan5060

    Member
    9 February 2009 at 10:27 am
    Originaly posted by kevin_boy:

    jadi yang dikatakan seperti WP OP pengusaha tertentu gmana ya? bisa jelaskan lebih detail……

    WP OP pengusaha tertentu adalah Wajib Pajak orang pribadi yg melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan yg mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau mempunyai tempat usaha yg berbeda dengan alamat domisili

  • kevin_boy

    Member
    9 February 2009 at 10:36 am

    oh gitu ya…..

    misalnya WP OP sebut saja tuan X, WP OP membuka kedai kopi disamping itu juga membuka toko kelontong.

    jadi untuk penghitungan PPh pasal 25, apakah usaha kedai kopi dan usaha toko kelontong dijumlah omzet sebulan lalu dikalikan tarif 0,75%?

    apakah begitu??

  • harry_logic

    Member
    9 February 2009 at 11:24 am
    Originaly posted by begawan5060:

    WP. ini termasuk dlm ketentuan WP OP Pengusaha Tertentu :
    1. Besarnya angsuran PPh Ps 25 setiap bulan = Omset X 0,75% utnuk setiap gerai/tempat usaha. Kalo tidak ada usaha/penghasilan lainnya PPh Ps 25 bersifat final.
    2. Setiap gerai/tempat usaha, masing-masing dikukuhkan sbg PKP sendiri-sendiri,
    SPT masa PPN juga sendiri-sendiri

    Apakah benar demikian ?
    Sungguh menyiksa…
    .
    .
    .

    Utk sekarang yg menjadi acuan adalah PMK 255 th 2008.
    Kita tunggu ketentuan pelaksanaan ttg PPh 25 yg 0,75% itu (pasal 6 ayat 2 PMK 255 2008).
    Sementara ini, aturan² yg berkaitan dgn PPh 25 utk pengusaha tertentu tsb – yaitu KMK 522 th 2000 dan KMK 84 th 2002, beserta ketentuan pelaksanaannya – sudah dicabut dan tidak berlaku (pasal 7 PMK 255 2008).

  • kevin_boy

    Member
    9 February 2009 at 11:28 am

    attn rekan begawan

    misalnya WP OP sebut saja tuan X, WP OP membuka kedai kopi disamping itu juga membuka toko kelontong.

    jadi untuk penghitungan PPh pasal 25, apakah usaha kedai kopi dan usaha toko kelontong dijumlah omzet sebulan lalu dikalikan tarif 0,75%?

    apakah begitu??

Viewing 16 - 30 of 37 replies

Original Post
0 of 0 posts June 2018
Now