Media Komunitas Perpajakan Indonesia › Forums › PPh Badan › Keuntungan&kerugian penetapan PPh flat 28%..??
Keuntungan&kerugian penetapan PPh flat 28%..??
APa Keuntungan&kerugian penetapan PPh flat 28%…??
APa Keuntungan&kerugian penetapan PPh flat 28% bagi ukm…??
Bagi WP Badan yang lapis Penghasilan Kena Pajak s.d. Rp 100 juta pertahun, harus membayar pajak lebih besar dan ini tentunya merugikan WP yang bersangkutan. Sedang keuntungannya bagi WP Badan yang Penghasilan Kena Pajak pertahun jauh di atas Rp 300 juta kena pajak yang lebih rendah. Disamping itu perhitungan jadi praktis.
Maaf salah ketik.Maksud saya keuntungannya bagi WP Pajak yang Penghasilan Kena Pajak per tahun jauh di atas Rp 100 juta kena paJAK YANG LEBIH RENDAH.
Yang Penghasilan Kena Pajaknya diatas 775juta pertahun
Tentu yang untung klu penghasilan kena pajaknya di atas 775juta klu masih dibawah itu pasti dirugikan
JocieCute,
bila Peredaran Usaha sampai dengan 4,8M DAN Penghasilan Kena Pajak nya lebih dari 109.375.000… maka tarif flat 28% dgn pengurangan 50% sesuai pasal 31E UU PPh yang baru.nyambung yg terdahulu….
akan MENGUNTUNGKAN.
itu kan biar semuanya disajikan secara benar karena byk WP yg selalu mengecilkan labanya
tapi sebenernya kurang adil juga bagi yang baru memulai usaha dengan modal kecil, seharusnya pemerintah memikirkan insentif perpajakan khusus untuk mendorong kegiatan UKM…..
iya juga kasian perusahaan yg menengah ke bawah
yach yang mana adil pasti mempunyai 2 sisi, tergantung siapa yg ngeliatnya…kalo dikaitkan dg UKM jelas itu kurang tepat tetapi bagi non UKM/WP dg laba GEDE itu so pasti udah tepat.
Tetapi perlu diingat juga tidak semua UKM itu mencetak laba yg kecil, hal ini pernah aku ketahui dr UKM yg bergerak dibidang reklame yg margin keuntungannya bisa mencapai 40% dari seluruh omzetnya setahun, coba kalo omzet dia setahun ada 1,5m?…..wah2 apa bener tuh pak????????
kayaknya itu "peluang" bagus tuch pak
makasih pak atas sharingnya.Dear all friend's
Tarip PPh yang menganut Tarip Tetap sebenarnya bertentangan dengan rasa keadilan yang berpenghasilan rendah dengan yang tinggi terkena tarip sama.
Seyogyannya Tarip Pajak Indonesia menganut Tarip Progresif sehingga Subyek Pajak maupun Wajib Pajak yang penghasilannya lebih besar dapat dikenakan Tarip Pajak yang lebih besar dan sesuai.
Semoga DPR dan Pemerintah memahami hal tersebut, sehingga Tarip seharusnya bersifat Progresif tetapi tertinggi 28% supaya adil dan mampu bersaing.
Tetapi kenyataannya demikian, maka harapan bertumpu pada DPR dan Pemerintahan yad semoga lebih baik.
Regard's
RITZKY FIRDAUS.