Media Komunitas Perpajakan Indonesia › Forums › PPh Pemotongan/Pemungutan › SSP Pot PPH 23 oleh Bendaharawan diisi No NPWP Rekanan
SSP Pot PPH 23 oleh Bendaharawan diisi No NPWP Rekanan
menurut saya
bukti potong+ssp+bukti pbk sudah bisa menjadi bukti PT A utk mengkreditkan.
pajaknya juga udah masuk kas negaramasalah bendahara ga lapor, itu kesalahan ada pada bendahara
bukti yg dipunyai oleh PT A bisa menjadi data utk KPP utk melakukan himbauan kepada bendahara utk lapor.
cmiiw
- Originaly posted by jon1201:
tidak pernah ada bupot tsb. karena Pemotong tdk pernah melaporkannya
utk Bukpot & SSP nya dibuat sndiri oleh PT.A dan disampaikan kepada Bend.B saat penyerahan dokumen penagihan.. lalu dikemudian hari kita tinggal ambil SSP Lbr 1 dan Bukpot yg telah di TT & Stempel (dgn kondisi kosongan tidak ada No BukPot dan tidak ada tanggal)
dari Sisi penjual : yg penting dah ada BukPot dan jelas di TT dan Stempel meski tidak ada No BukPotnya shngga pada akhir tahun di gunakanlah BukPot tsb sbg kredit pajak..
Pertanyaan :
1. Sah atau Tidak BukPot tersebut?
2. Apakah Bendaharawan Pemerintah (RSUD) kebal terhadap aturan pajak? (krn hal tsb berlangsung sejak dari 3 tahun yg lalu saat gw kerja di PT.A) dan bbrp kali disampaikan ke AR nya PT.A tp sampe skrg jg msh sama "kelakuan" nya bend.B tsb yg malah bikin repot Rekananthanks
1. ssp atas bukpot sudah dibayarkan ke kas negara?
2. tidak ada bendahara pemerintah yg kebal thd aturan pajakcmiiw
- Originaly posted by nugrohobasukirakhmat:
ssp atas bukpot sudah dibayarkan ke kas negara?
sudah disetorkan oleh bend.B dan PT.A terima SSP Lbr 1
- Originaly posted by orock:
1. Sah atau Tidak BukPot tersebut?
sepanjang Bupot tidak merubah tampilan dan nilai, maka tidak perlu minta direvisi.. karna bupot yg lama tetep sah, dan masih bisa dipake utk dikreditkan
Originaly posted by orock:Apakah Bendaharawan Pemerintah (RSUD) kebal terhadap aturan pajak?
semua WP jika terindikasi ada pelanggaran pajak pasti kena sanksi sesuai aturan yg berlaku.
UU No.6 Th.1983 tentang KUP pasal 39 ayat 1 (terakhir diubah UU No.16 Th.2009) okey thanks banyak rekan jon & rekan nugroho.
selanjutnya utk proses Pbk gimana caranya (krn ada kesalahan tulis no npwp pada ssp)
1. ssp atas pph 23 (411124.100) tertera nama npwp adlh PT.A (pdhl PT.A adlh pihak yg dipotong)
2. ssp akan di Pbk menjadi atas nama Bend.B (si pemotong)tanya :
1. Siapakah yg dapat melakukan PBk? dan diurusnya di KPP mana kah?
2. Apakah juga perlu dilampirkan surat pernyataan dari lawan transaksi nya utk penggantian no npwp pada Pbk tsb?thanks
- Originaly posted by orock:
Siapakah yg dapat melakukan PBk? dan diurusnya di KPP mana kah?
keduanya PT.A dan bend.B bisa melakukan PBK itu, dan bisa minta ke masing-masing KPP
namun, pelaporan pembetulan harus dilakukan oleh Bend.B ke KPP diaOriginaly posted by orock:Apakah juga perlu dilampirkan surat pernyataan dari lawan transaksi nya utk penggantian no npwp pada Pbk tsb?
tidak perlu. lampirannya cukup sesuai PMK.No.242 hanya permohonan dan kuasanya jika ada
terimakasih rekan jon
Dari jaman rekiplik ampe jaman revolusi mentol kata Bang Sistop, berurusan dengan Pemerintah/BUMN memang bikin pening. "Mereka" yang buat aturan, "mereka" yang tidak melaksanakan. Dan Wajib pajak kalau tidak ikut aturan harus tanggung resikonya.
Mengkreditkan SSP, Surat PBK, atau Bukti Potong bodong memang beresiko. Tax auditor tidak seragam menilai hal ini. Ada yang strict harus ada laporan konfirmasi dari KPP lawan transaksi, adapula yang nyante, kalau bukti potong tidak ada cukup membuktikan dengan rekening Koran bahwa kita menerima pembayaran dipotong pajak. Itu terjadi kepada rekan saya terkait Pemotongan PPh 23 oleh non Pemerintah/non BUMN. Barangkali dasar pemikirannya yang lebih bertanggung jawab adalah pihak pemotong pajak, bukan yang dipotong.
Untuk pemotongan pajak oleh pemerintah/BUMN barangkali saja toleransinya lebih besar lagi. Karena itu temennye die juge… 🙂
Salam