Media Komunitas Perpajakan Indonesia › Forums › PPh Orang Pribadi › Permasalahan Harta OP dalam SPT tahunan
Permasalahan Harta OP dalam SPT tahunan
Mohon pencerahannya, sebaiknya harta yang kita masukan dalam daftar harta dalam SPT apakah harga perolehan ataukan harga pasar pada saat SPT dibuat. Misalnya kita punya rumah yang kita beli tahun 1990 dg hrg 50jt skrg mungkin kalo dijual udah sampe 250jt (kan ada perbaikan/pengembangan). Hal ini sudah pernah ada yang bahas belum ya …..
Kalau untuk rumah biasanya dilaporkan dengan harga beli ( bukti sertifikat pembelian ) atau dengan Nilai PBB ( bukti SPPT PBB ). Kalau mobil dan harta lain bisa dilaporkan dengan nilai harga perolehan ( bukti kwitansi pembelian )
ini dia yang buat kita bingung apabila kita masukan harga beli khususnya rumah..pastinya pas kita jual tentunya harga pasar, dimana akan sangat jauh selisihnya dengan harga beli seperti yang dicontohkan ragawilpa…
bukankah atas selisih itu merupakan suatu keuntungan yang harus kita bayar pajaknya…Betul pak Ferry, Nanti pas jual kita kena BPHTB, trus tentang keuntungan penjualan harta tersebut kena pajak penghasilan lagi ya pak. Apakah BPHTB untuk OP bisa dijadikan kredit pajak. Mohon bantuan kalo ada aturannya. Tks
Kalo penjual terutang PPh 4(2) (u/ OP bersifat final) sebesar 5%. sdgkan pembeli terutang BPHTB
[i][/i] seharusnya harga beli yang dimasukkan dalam spt, karena atas dasar Akte jual belilah merupakan dasar dalam pencatatan ats asset tersebut. Sedangkan kalau memang sudah kita jual barulah selisih harga yang akan dikenakan pph bersifat final. karena disitu baru ada realisasi keuntungan. kecuali kalau memang si pemilik aktiva ingin mengadakan revaluasi nilai assetnya.
Setuju dengan Pak Onorus, Jadi khusus untuk Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan tidak ada lagi selisih yang harus dibayar yang diakibatkan dari naiknya harga jual dibandingkan harga perolehan, karena saat penjualan sudah dipotong PPh Final sebesar 5%
betul pak tamba.. PPh final 5% dibayar sendiri oleh penjualnya..
Kalau kita pakai harga pasar tentu repot banget, tiap mau isi spt harus tanya harga pasar harta kita brapa ya… belum lagi pihak mana yang berhak menentukan harga, trus harga kalau kita lagi butuh uang dibanding harga waktu nggak butuh uang bisa jauh sekali. Jadi paling enak ya pakai harga waktu beli, sedangkan waktu jual untuk rumah kan sudah dipotong pph final 5% jadi nggak perlu nambah pajak lagi berapapun keuntungan penjulan tsb. Tapi kalo harta berupa emas gimana dong, pasti harus bayar pajak kali!
Menurut sy & ini sdh sy lakukan setiap kali lapor SPT OP, sy melaporkan semua harta sy dgn harga perolehan. Krn kalo kita masukkan harga pasar disamping kesulitan yg rekan-2 sebut di atas juga akan terasa aneh jika harta kita bertambah setiap tahun tapi penghasilan yg kita laporkan relatif stabil.
Bukannya harta di SPT selalu dilaporkan pada harga perolehan, kecuali ada revaluasi aktiva?
ya betul melaporkan harta WP OP adalah dengan Harga perolehan, di buku petuntuk ada. di SPT daftar harta pun kolomnya berbunyi tahun perolehan dan harga perolehan,
di dalam SPT, jumlah harta yang dilaporkan adalah sebesar nilai beli harta. aturannya ada di buku petunjuk pengisian SPT
Mohon pencerahannya, bagaimana pengakuan harta di SPT jika harta berupa emas batangan dan berupa saham ?
terima kasih