Media Komunitas Perpajakan Indonesia › Forums › Tax Amnesty › Pengalihan persediaan sesudah TA
Pengalihan persediaan sesudah TA
Dear member ortax, minta saran dan solusinya. Real case sbb:
Bosku ada persediaan barang 5M, piutang 2M di 31 Des 15. Lagi pertimbangkan masukin ke TA, tp kwatir omzet yg lagi berjalan di 2016 bisa diperiksa suatu hari. Dia barusan PKP Jan 16. Penjualan pake 1111DM. Laporan omset 100-125jt per bulan. Hitung2 setahun cuma 1.5M.
Lihat dari perbandingan persediaan, piutang akhir 2015 dan omset 2016 selisih jauh sekali. Saya bilang kalau ikut TA persediaan dan piutang nya, kemungkinan sgt besar kena periksa di kemudian hari. Persediaan brg nya tdk ada PM (borongan). Saya dari dulu saran pakai jalur resmi yg bayar ppn, alasan nya tdk bisa bersaing dan customer2 pd tdk bisa terima, kedua kenyataan dilapangan susah sekali proses nya kalau jalur resmi.
Saya sarankan dia ikut TA semua nya, jadi mulai dari nol lagi dan bayar pajak sesuai omset yg sebenarnya sesudah TA. Dia minta solusi dan sanksi yg harus ditanggung utk yg 2016. Tbh, saya juga tdk tau gimana cara nya utk bersihkan persediaan yg lagi berjalan dan pembetulan omset nya 2016.
Persediaan brg sampai skrg sekitar 4-5M. Omset 5M.Apakah jadi bersih kalau bayar PPN utk persediaan yg di 2016? Bagaimana cara hitung sanksi utk penjualan yg lagi berjalan?
Apakah bisa pengalihan dari UD ke PT? Jadi buat PT baru utk mengambil alih sisa persediaan. PT mulai byr PPN sesuai penjualan utk sisa persediaan.
Mhn saran nya members ortax
Thksikutkan TA saja rekan dengan keadaan yang ada, UMKM?
- Originaly posted by hendraprasetio:
ikutkan TA saja rekan dengan keadaan yang ada, UMKM?
Iya, spt 2015 masih non PKP dan omset dibawah 4.8M.
kalau mau pembetulan ppn sesuai penjualan real 2016 berarti gak bisa pakai 1111 DM lagi yg berarti gak ada PM sama sekali.
ppn kurang bayar 2016 adalah sebesar omset real 2016 dikalikan 10%
denda keterlambatan 2% per bulan.
Kalau sudah jd PKP mana bisa harganya bersaing lagi?
lebih baik masuk resmi dengan meminta PM.
kalau OP mau clearkan yg 2016 harus bayar kurang bayar ppn 2016 trus cut off dengan pindah ke PT baru.
usaha lebih baik di PT, jangan UD, tarif pph pun lebih tinggi jika OP.- Originaly posted by sun21:
kalau mau pembetulan ppn sesuai penjualan real 2016 berarti gak bisa pakai 1111 DM lagi yg berarti gak ada PM sama sekali.
ppn kurang bayar 2016 adalah sebesar omset real 2016 dikalikan 10%
denda keterlambatan 2% per bulan.
Kalau sudah jd PKP mana bisa harganya bersaing lagi?
lebih baik masuk resmi dengan meminta PM.
kalau OP mau clearkan yg 2016 harus bayar kurang bayar ppn 2016 trus cut off dengan pindah ke PT baru.
usaha lebih baik di PT, jangan UD, tarif pph pun lebih tinggi jika OP.Thks sun21 atas comment nya.
Berarti bayar 5M x 10% = 500jt x denda 2% / bulan ya?
Maksud cut off diatas gimana? apakah persediaan barang bisa dipindahkan ke PT baru lsg? apakah harus bayar PPN waktu pengalihan?
Apakah proses smua di atas perlu minta org kantor pajak datang utk pemeriksaan ?
Kalau Tahun 2015 sudah menyampaikan SPT, lebih baik ikut TA saja,
dan tahun 2016 pake PP 46, terkait SPT 2015 dan sebelumnya jika sudah ikut TA tidak akan diperiksa,
Persediaan merupakan pembelian, dan seharusnya kita mendapatkan PPN Masukan dari suplier (resiko ada disuplier jika tidak menerbitkan PPN), dan kebetulan Perusaahan rekan Non PKP berarti kan PPN Masukan tidak bisa dikreditkan.
Semoga bermanfaat
- Originaly posted by afan:
Kalau Tahun 2015 sudah menyampaikan SPT, lebih baik ikut TA saja,
dan tahun 2016 pake PP 46, terkait SPT 2015 dan sebelumnya jika sudah ikut TA tidak akan diperiksa,
Persediaan merupakan pembelian, dan seharusnya kita mendapatkan PPN Masukan dari suplier (resiko ada disuplier jika tidak menerbitkan PPN), dan kebetulan Perusaahan rekan Non PKP berarti kan PPN Masukan tidak bisa dikreditkan.
Semoga bermanfaat
thks afan atas comment nya.
UD ini sudah PKP di Jan 2016. Persediaan impor sendiri tp tidak ada PM. Ini menjadi masalah nya utk pembetulan ataupun pengalihan.
itu bisa jadi PKP di jan 2016 karena minta sendiri?
kirain persediaan belinya dari FTZ.
misalnya omset jan 2016 realnya 500 juta, sudah lapor DM 100 juta (bayar ppn 3 juta karena pm 70%)
sedangkan ppn terutang sebenarnya utk jan 2016 = 10% x 500 juta = 50 juta
kurang bayar ppn di SPT ppn pembetulan 1 jan 2016 menjadi 47 juta
denda keterlambatan atas 47 juta (2% per bulan) menunggu dikirimkan STP baru dibayarkan kemudian.cut off itu lewat UD jual seluruh persediaan, inventaris/kendaraan, semua aktiva tetap ke PT dan tentunya UD harus pungut ppn 10% krn PKP.
faktur pajak dari UD dapat dijadikan PM di PT.- Originaly posted by sun21:
itu bisa jadi PKP di jan 2016 karena minta sendiri?
kirain persediaan belinya dari FTZ.
misalnya omset jan 2016 realnya 500 juta, sudah lapor DM 100 juta (bayar ppn 3 juta karena pm 70%)
sedangkan ppn terutang sebenarnya utk jan 2016 = 10% x 500 juta = 50 juta
kurang bayar ppn di SPT ppn pembetulan 1 jan 2016 menjadi 47 juta
denda keterlambatan atas 47 juta (2% per bulan) menunggu dikirimkan STP baru dibayarkan kemudian.cut off itu lewat UD jual seluruh persediaan, inventaris/kendaraan, semua aktiva tetap ke PT dan tentunya UD harus pungut ppn 10% krn PKP.
faktur pajak dari UD dapat dijadikan PM di PT.Iya, PKP minta sendiri.
Hm … Anggap aja omset 500jt/bln dlm setahun, Kalau pembetulan dimulai dari Jan 2017, berarti PPN terutang 2016
Jan 50jt x 24% (12bln x 2%) = 12jt
Feb 50jt x 22% (11bln x 2%) = 11jt
S/d Des 50jt x 2% (1bln) = 1jtTerutang ppn pokok 600jt + denda 78jt ?
Lalu PPh gmn hitung nya? Karena selama ini biaya2 dan gaji karyawan bayar nya tunai, tdk ada bukti sama sekali. Apakah pakai norma omset 6M per thn x 25%?
Apakah akan ditanya persediaan diperoleh dari mana sebelum nya kalau Kita siap bayar PPN 10% waktu pengalihan?
Mhn pendapat lain nya senior2 member ortax utk kasus di atas …
Thks