• Pajak Leasing

     giesma updated 11 years, 8 months ago 5 Members · 33 Posts
  • riorosario

    Member
    11 September 2012 at 2:15 pm
    Originaly posted by yovi:

    bukankah boleh disusutkan pada saat opsi pembelian dilakukan rekan?

    Mohon pencerahaannya..

    jika kondisinya masih Financial Lease ya tidak boleh disusutkan dong.. Setelah periode leasing selesai dan Hak Opsi tersebut kita gunakan baru menjadi asset Fiskal dan bisa disusutkan secara fiskal.

  • Yovi

    Member
    11 September 2012 at 2:21 pm
    Originaly posted by riorosario:

    Originaly posted by yovi:
    bukankah boleh disusutkan pada saat opsi pembelian dilakukan rekan?

    Mohon pencerahaannya..

    jika kondisinya masih Financial Lease ya tidak boleh disusutkan dong.. Setelah periode leasing selesai dan Hak Opsi tersebut kita gunakan baru menjadi asset Fiskal dan bisa disusutkan secara fiskal.

    Terima kasih pencerahaannya rekan..
    saya hanya bingung karena statement ini..

    Originaly posted by riorosario:

    Originaly posted by sugi:
    ok berarti kalau untuk penyusutan financial lease tdk boleh disusutkan kecuali qta menggunakan opsi pembelian dan akhirnya barang leasing tersebut jadi barang qta yah… btul rekan rio?

    Secara perpajakan ya tidak boleh disusutkan.

  • riorosario

    Member
    11 September 2012 at 2:27 pm
    Originaly posted by sugi:

    tetapi klo dibwh 3 thn itu msh jd operating lease biasa yah?? yang dimana penyusutannya biasa saja spt aktiva tetap bener gk yah seperti itu rekan2??

    PMK No. 96/PMK.03/2009

    Originaly posted by sugi:

    tetapi klo dibwh 3 thn itu msh jd operating lease biasa yah?? yang dimana penyusutannya biasa saja spt aktiva tetap bener gk yah seperti itu rekan2??

    Kalo saya melihatnya dari KMK 1169 ini, dikatakan operating lease itu jika
    Pasal 4

    Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :

    a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor;
    b. perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee

    yang dimaksud dengan Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha. (pasal 1 huruf O)

    sehingga kalo saya simpulkan operating lease itu ga ada kepemilikan hak, sehingga penyusutannya pun tidak ada.

  • riorosario

    Member
    11 September 2012 at 2:28 pm
    Originaly posted by yovi:

    saya hanya bingung karena statement ini..

    maaf rekan kalo statementnya bikin bingung..

  • sugi

    Member
    11 September 2012 at 3:40 pm
    Originaly posted by riorosario:

    sehingga kalo saya simpulkan operating lease itu ga ada kepemilikan hak, sehingga penyusutannya pun tidak ada.

    ahh iya saya lupa karena operating lease seperti sewa menyewa biasa dan tdk ada kepemilikan hak yah makanya tidak adanya penyustan jg.. 😉

  • riorosario

    Member
    11 September 2012 at 3:51 pm
    Originaly posted by sugi:

    ahh iya saya lupa karena operating lease seperti sewa menyewa biasa dan tdk ada kepemilikan hak yah makanya tidak adanya penyustan jg.. 😉

    hahaha..bisa aja rekan sugi ngetes newbie bintang satu..

  • sugi

    Member
    11 September 2012 at 3:53 pm
    Originaly posted by riorosario:

    hahaha..bisa aja rekan sugi ngetes newbie bintang satu..

    zzz kagaklah rekan rio saya benar2 payah nih dalam leasing makanya saya bertanya^^

    kgk ada niat ngetes, boro2 ngetes,hiks2;/

  • sugi

    Member
    11 September 2012 at 3:54 pm

    tapi rekan rio artinya untuk operating lease dan financial lease penyusutan dikoreksi positif yah kecuali financial lease sudah menggunakan hak opsi yah??

    mohon koreksi….

  • riorosario

    Member
    11 September 2012 at 4:01 pm
    Originaly posted by sugi:

    tapi rekan rio artinya untuk operating lease dan financial lease penyusutan dikoreksi positif yah kecuali financial lease sudah menggunakan hak opsi yah??

    kalo menurut saya karna operating lease itu sama seperti sewa menyewa biasa, jadi secara komersial ga ada penyusutan juga.. jadi ga ada koreksi penyusutan..
    tapi untuk financial lease karena selama masa leasing secara komersial sudah melakukan penyusutan namun secara pajak belum boleh maka akan dilakukan koreksi fiskal..
    untuk financial lease, setelah menjadi asset fiskal pun tetap akan ada koreksi fiskal, dikarenakan harga perolehannya beda, masa manfaatnya kemungkinan juga berbeda.

  • sugi

    Member
    11 September 2012 at 4:08 pm
    Originaly posted by riorosario:

    kalo menurut saya karna operating lease itu sama seperti sewa menyewa biasa, jadi secara komersial ga ada penyusutan juga.. jadi ga ada koreksi penyusutan..

    ahhh iya bloonnya saya ini komersial nya gk ada jg apa yang dikoreksi..

    Originaly posted by riorosario:

    untuk financial lease, setelah menjadi asset fiskal pun tetap akan ada koreksi fiskal, dikarenakan harga perolehannya beda, masa manfaatnya kemungkinan juga berbeda.

    nah kalau untuk ini berarti harga perolehan saat fiskal nilai sisa yah?? nilai sisa barang yah dasar penyusutannya sedangkan kalau komersial berarti dasar penyusutan yah saat dya terima aktiva leasing pertama kali nah tggl koreksi positif atau negatif liat d lebih besar atau lbh kecil pnyusutannya (DTA atau DTL)

    benar gk rekan??

    ajarin saya yang payah ini,wkwkwk

  • Yovi

    Member
    11 September 2012 at 4:10 pm
    Originaly posted by sugi:

    nah kalau untuk ini berarti harga perolehan saat fiskal nilai sisa yah??

    nilai sisa pada saat opsi pembelian dilakukan..

    Originaly posted by sugi:

    kalau komersial berarti dasar penyusutan yah saat dya terima aktiva leasing pertama kali

    betul.. coba lihat di PSAK..

  • sugi

    Member
    11 September 2012 at 4:15 pm
    Originaly posted by yovi:

    nilai sisa pada saat opsi pembelian dilakukan..

    yupz misalkan HP mpbil dye = 100 nah pas opsi itu nilai sisa dya tggl 20 dimana akum penyusutannya = 80 .. nah dasar penyusutannya = 20 itu kan mksdnya

    tapi klo komersial yah 100 itu dasar penyusutannya,hehehe

  • riorosario

    Member
    12 September 2012 at 7:32 am
    Originaly posted by sugi:

    yupz misalkan HP mpbil dye = 100 nah pas opsi itu nilai sisa dya tggl 20 dimana akum penyusutannya = 80 .. nah dasar penyusutannya = 20 itu kan mksdnya

    saya rasa tidak seperti itu rekan.. Untuk nilai opsi itu tergantung dari kontrak leasing antara lesee dan lessor.. misal disebutkan dalam kontrak bahwa pihak lesee mendapat hak opsi sebesar 20% dari harga barang, berarti nanti yang jadi nilai perolehan fiskal adalah 20% dari Harga barang tersebut..

  • sugi

    Member
    12 September 2012 at 9:14 am
    Originaly posted by riorosario:

    saya rasa tidak seperti itu rekan.. Untuk nilai opsi itu tergantung dari kontrak leasing antara lesee dan lessor.. misal disebutkan dalam kontrak bahwa pihak lesee mendapat hak opsi sebesar 20% dari harga barang, berarti nanti yang jadi nilai perolehan fiskal adalah 20% dari Harga barang tersebut..

    ok, artinya hak opsi nya 20% dari harga barang tersebut anggaplah hrga barang/HP nya 100 berarti 20 yah berdasarkan kontrak leasing..

  • Kowinto

    Member
    12 September 2012 at 10:10 am

    Dear All rekan senior Tax 🙂

    Saya baru saja membaca sebuah artikel mengenai leasing, dari pengertian leasing itu sendiri sampai perlakukan pajak dan penyusutannya, saya mencoba share di sini, semoga bermanfaat……

    Salam,
    Kowinto

    LEASING
    Sewa-guna-usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

    Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease) apabila memenuhi semua kriteria berikut :
    a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

    b. Masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya :
    – 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I,
    – 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III,
    – 7 (tujuh) tahun untuk Golongan bangunan.
    c. Perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

    Kegiatan sewa-guna-usaha digolongkan sebagai sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) apabila memenuhi semua kriteria berikut :
    a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
    b. Perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.

    Ditinjau dari teknis pelaksanaannya, transaksi sewa-guna-usaha dapat dilaksanakan sebagai berikut :
    a. Sewa-guna-usaha Langsung (Direct Lease).
    Dalam transaksi ini lessee belum pernah memiliki barang modal yang menjadi obyek sewa-guna-usaha, sehingga atas permintaannya lessor membeli barang modal tersebut.
    b. Penjualan dan Penyewaan Kembali (Sale and Lease Back).
    Dalam transaksi ini lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang sudah dimilikinya kepada lessor dan atas barang modal yang sama kemudian dilakukan kontrak sewa-guna-usaha antara lessee (pemilik semula) dengan lessor (pembeli barang modal tersebut).

    Sewa-Guna-Usaha Sindikasi (Syndicated Lease)
    Yaitu beberapa perusahaan sewa-guna-usaha secara bersama melakukan transaksi sewa-guna-usaha dengan satu lessee. Dalam hal ini salah satu perusahaan sewa-guna-usaha akan bertindak sebagai koordinator, sehingga lessee cukup berkomunikasi dengan koordinator ini.

    Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa-guna-usaha. Lessor hanya diperkenankan memberikan pembiayaan barang modal kepada lessee yang telah memiliki NPWP, mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas.
    Lessor wajib menempelkan plakat atau etiket pada barang modal yang disewa-guna-usahakan dengan mencantumkan nama dan alamat lessor serta pernyataan bahwa barang modal dimaksud terikat dalam perjanjian sewa-guna-usaha. Plakat atau etiket ini harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dengan mudah barang modal tersebut dapat dibedakan dari barang modal lainnya yang pengadaannya tidak dilakukan secara sewa-guna-usaha. Selama masa sewa-guna-usaha, lessee bertanggung jawab untuk memelihara agar plakat atau etiket ini tetap melekat pada barang modal yang disewa-guna-usaha.

    Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari lessor.
    Lessee dilarang menyewa-guna-usahakan kembali barang modal yang disewa-guna-usaha kepada pihak lain, kecuali Lessee yang memang bergerak di bidang usaha persewaan.
    Dalam hal lessee memilih untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha.
    Pada saat berakhirnya masa sewa-guna-usaha dari transaksi sewa-guna-usaha dengan hak opsi, lessee dapat melaksanakan opsi yang telah disetujui bersama pada permulaan masa sewa-guna-usaha. Dalam hal lessee menggunakan hak opsi membeli maka dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal. Opsi untuk membeli dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usaha.

    PERLAKUAN PERPAJAKAN

    1. Finance Lease
    a. Perlakuan Pajak bagi Lessor
    – Penghasilan lessor yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran finance lease yaitu berupa imbalan jasa leasing dikurangi dengan angsuran pokok. Dalam hal sewa-guna-usaha sindikasi, imbalan jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara proporsional sesuai dengan perjanjian antar anggota sindikasi yang bersangkutan.
    – Lessor tidak boleh menyusutkan atas barang modal yang di leasing.
    – Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
    – Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya 2,5% (dua setengah persen) dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang finance lease.
    – Kerugian yang diderita karena piutang leasing yang nyata-nyta tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
    – Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud, maka sisanya dihitung sebagai penghasilan, sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.
    – Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah PPh terutang berdasarkan Laporan Keuangan Triwulanan terakhir yang disetahunkan, dibagi dua belas. Dalam hal lessor juga melaksanakan kegiatan operating lease, maka laporan keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan gabungan.

    b. Perlakuan Pajak bagi Lessee
    – selama masa leasing, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.
    – Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan.
    – Pembayaran leasing oleh lessee merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi leasing tersebut memenuhi ketentuan yang berlaku.
    – Dalam hal masa leasing lebih pendek dari masa yang telah ditentukan, DJP melakukan koreksi atas pembebanan biaya leasing.
    – Dalam hal terjadi transaksi sale and lease back, harus diperlakukan sebagai 2 (dua) transaksi yang terpisah yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa-guna-usaha. Transaksi penjualan barang modal kepada lessor diperlakukan sebagai penarikan aktiva dari pemakaian oleh sebab biasa.
    – Lessee tidak memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran leasing.
    – Atas penyerahan jasa ini dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

    2. Operating Lease
    a. Perlakuan Pajak bagi Lessor
    – seluruh pembayaran operating lease yang diterima lessor merupakan obyek Pajak Penghasilan.
    – Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang di leasing tersebut.
    – Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu.

    b. Perlakuan Pajak bagi Lessee
    – pembayaran operating lease yang dibayar oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
    – Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang dileasing.
    – Lessee wajib memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran operating lease yang dibayarkan kepada lessor.
    – Atas penyerahan jasa ini terhutang Pajak Pertambahan Nilai.

Viewing 16 - 30 of 33 replies

Original Post
0 of 0 posts June 2018
Now