Media Komunitas Perpajakan Indonesia › Forums › Lain-lain › Modernisasi DJP
Tahun 2008 ini kan tahun terakhir DJP melakukan modernisasi terhadap seluruh kantor Pajaknya yang ada di Indonesia. Bagaimana tanggapan saudara apa ada atau sudah berubahkah DJP dibanding sebelum modern?
Sayangnya beberapa AR setengah hati melaksanakannya.
Apalagi di proyek sunset ini…Modernisasi KPP lebih menguntungkan Fiskus daripada WP, pelayanan di TPT lebih lambat dari sebelum dimodernkan, mau urusan dengan AR sulit ketemunya, banyak AR tidak ada ditempat waktu kerja, AR lebih banyak bertanya dari pada memberikan advis
Dear all
Banyak AR yang belum menguasai sepenuhnya peraturan per uu perpajakan, mereka cenderung multi tafsir dan arahnya tafsir sesuai seleranya.
Para AR sebaiknya masuk PUSDIKLAT Perpajakan minimal satu tahun sekali diatur secara bergilir untuk menyesuaikan pengetahuannya dengan dinamisasi kegiatan usaha.Regard's
RITZKY FIRDAUS.
- Originaly posted by Sihombing:
Modernisasi KPP lebih menguntungkan Fiskus daripada WP, pelayanan di TPT lebih lambat dari sebelum dimodernkan, mau urusan dengan AR sulit ketemunya, banyak AR tidak ada ditempat waktu kerja, AR lebih banyak bertanya dari pada memberikan advis
masa sih??
berarti tiap kantor beda2 kali ya…ditempat aku ngga y.di tpt-nya lebih teratur pake nomor antrian ngga kayak dulu yg berebut kayak beli tiket mudik aja. ketemu AR-nya jg gampang kok.klo lgi ngga d tempat ditelp jg bisa.
ya mungkin bener kata pak ritzky, kualitas AR masih belum merata. masih perlu di tingkatkan lagi tuh… Kalo masalah kemampuan, emang bener kata pak ritzky, tapi dari sisi kemauan sudah kelihatan tuh. Kalo dulu minta aturan susahnya setengah mati, sekarang mah gampang. Kalo minta advis pasti dilayani, masalahnya kan AR gak cuman ngelayani kita jadi ya musti janjian, trus gak bisa lama2 (pake curhat segala). Masalah KKN? Petugas ampe nolak2 biar cuman makan siang, hehehe…
Dear all attn: yo 97
Peningkatan Pelayanan kita akui sudah lebih membaik, tawaran positip makan siang memang sudah banyak di tolak tapi hal demikian juga keliru.
Karena kita orang timur memiliki budaya sopan santun timur, sebaiknya fihak Pajak tidak menolak rejeki ajakan makan siang selama batas wajar dan tidak ada niat mempengaruhi (orang Pajak kan cerdas bisa membaca Bahasa Isyarat / Body Languange apakah ajakan bersifat kekerabatan atau mau mempengaruhi)
Memenuhi ajakan yang bersifat Positip akan memberi jalan kepada "Tax Payer Relationship" yang diperlukan otoritas pajak al saat Pemeriksaan akan dibantu Wajib Pajak berupa Kelancaran jalannya Pemeriksaan dll.
Demikian pendapat
Regard's
RITZKY FIRDAUS.
Jadi manusia kok munafik begitu, namanya diajak makan bersama ya diterima aja, persoalan nantinya ada pembicaraan yang lebih menjurus ke hal yang negatif kan bisa ditangkal toh, katakan saja bahwa makan 2 ini tidak akan mempengarihi apapun, kita sebagai orang indonesia harus mengutamakan tali silaturahmi, dan jangan sampe gara gara menolak makan siang akan merusak kekerabatan dalam arti positif, dan tidak lah mungkin hanya gara gara makan seharga 100 ribu akan mengakibatkan negara kehilangan 100 juta.
Arahnya adalah sudah baik. Perjalanan dgn arah tsb untuk mencapai tujuan yg diharapkan memang tidak selalu mulus.
Ada kecenderungan DJP utk menimpakan lebih banyak beban kepada AR, tanpa menambah jumlah dan kualitas mereka dan mengurangi AR yg masih 'non-modern', adalah riskan utk mewujudkan DJP yg benar² modern tepat pada waktunya.
Melanjutkan kebiasaan WP untuk mentraktir makan, jalan-jalan, shopping, dsb, sepertinya wajib dihilangkan dulu… tunggu saat modernisasi – khususnya sistem informasi, komputerisasi, dan otomatisasi pengambilan keputusan – sudah berjalan sesuai harapan.