Media Komunitas Perpajakan Indonesia › Forums › PPh Orang Pribadi › bener gak ngitungnya
bener gak ngitungnya
saya pedagang eceran yang terdaftar di KPP induk dan KPP cabang selama athun 2009 kemarin saya menghitung angsuran tiap sebagai berikut :
PPh 25 op tiap bulan untuk kpp induk dasarnya saya ambil dari penghitungan pajak terutang dibagi 12 bulan
PPh 25 op tiap bulan untuk cabang saya hitung 2% dari omzet
yang saya tanyakan :
1. apakah benar penghitungan PPh 25 OP yang saya lakukan ?
2. apakah omset induk dan cabang nantinya digabung di SPT Tahunan 2009 ini?
3. apakah PPh 25 op cabang nanti dianggap sebagai kredit pajak di SPT TahunanApakah anda termasuk kategori WP OP pengusaha tertentu?
bila ya, PPh 25 untuk tiap outlet mulai tahun pajak 2009 adalah 0,75% dari omset tiap-tiap outlet.
Tidak ada istilah induk dan cabang dalam ketentuan mengenai WP OP pengusaha tertentu.
Yang ada hanya istilah outlet.
kalau bisa dijelaskan usaha anda itu apa dan punya outletkah namanya atau cabang.Salam
berarti saya salah dong dalm penerapan tarifnya.
saya pedagang eceran perhiasan emas tapi di induk saya punya usaha sampingan penggadaian emasKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR KEP – 171/PJ./2002TENTANG
PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang :
bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.03/2002 tentang Perubahan Kedua Keputusan Menteri Keuangan Nomor 522/KMK.04/2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984);
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 522/KMK.04/2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan Yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Wajib Pajak Lainnya Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.03/2002;MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU.
Pasal 1
Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui tempat usaha/ gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak termasuk perdagangan kendaraan bermotor dan restoran.
Pasal 2
(1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/ gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha/ gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP domisili).
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku dalam hal tempat usaha/ gerai (outlet) dan tempat tinggal Wajib Pajak yang bersangkutan berada dalam wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak yang sama.Pasal 3
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah sebesar 2% (dua persen) dari jumlah peredaran bruto berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan, yang dibayarkan atas nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak masing-masing tempat usaha/ gerai (outlet).
Pasal 4
Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 merupakan:1. Pelunasan Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan apabila Wajib Pajak tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final;
2. Kredit Pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan apabila Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final.Pasal 5
Perlakuan kompensasi kerugian tahun-tahun sebelumnya diatur sebagai berikut:1. Dalam hal Wajib Pajak tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final, kompensasi kerugian tidak dapat diperhitungkan;
2. Dalam hal Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh yang bersifat tidak final, kompensasi kerugian dapat diperhitungkan dengan penghasilan pengusaha tertentu sepanjang belum habis masa kompensasinya.Pasal 6
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan melampirkan daftar jumlah penghasilan dan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari masing-masing tempat usaha/ gerai (outlet) sesuai contoh formulir pada Lampiran I kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar (KPP domisili).
Pasal 7
Dalam hal Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dalam tahun berjalan menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat tidak final, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 atas penghasilan lain tersebut berlaku ketentuan sebagai berikut :1. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu;
2. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan setelah batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan adalah sebesar perbandingan antara penghasilan lain neto dengan total penghasilan neto dikalikan besar angsuran yang terutang berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya;Pasal 8
(1) Wajib Pajak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dengan menggunakan bentuk sebagaimana pada Lampiran II dan dilampiri lembar ke-3 Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat usaha/ gerai (outlet) Wajib Pajak terdaftar.
(2) Kantor Pelayanan Pajak tempat usaha/ gerai (outlet) Wajib Pajak terdaftar wajib merekam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).Pasal 9
(1) Surat Tagihan Pajak atas Pajak Penghasilan Pasal 25 yang tidak atau kurang dibayar dan atau tidak atau terlambat dilaporkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, diterbitkan setiap saat setelah lewat jatuh tempo pembayaran/ penyetoran dan atau jatuh tempo pelaporan.
(2) Penerbitan Surat Tagihan Pajak dilakukan meliputi bulan-bulan pada saat atau masa Pajak Penghasilan terhutang yang tidak/ kurang dibayar atau timbulnya sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga yang terhutang.
(3) Dasar penghitungan pokok pajak terutang dalam rangka penerbitan Surat Tagihan Pajak Pajak Penghasilan Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu didasarkan pada:1. Hasil pemeriksaan lapangan dalam pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak; atau
2. Peredaran bruto menurut Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sepanjang Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai meliputi satu outlet/ gerai yang dimiliki Wajib Pajak terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang sama dengan Kantor Pelayanan Pajak dimana Pengusaha Kena Pajak terdaftar.Pasal 10
Pada saat Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku, Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-513/PJ/2001 dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 11
Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2002.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Maret 2002
DIREKTUR JENDERAL,ttd
HADI POERNOMO
ni dia aturannya rekan siksakubur (wuih namanya serem banget. orangnya serem juga nggak???…he he he..becanda)
o ya untuk tarifnya, mulai 2009 0,75% dari omsetSalam
trus untuk omset 2009 yang telah dikenakan tarif 2009 sebesar 2% gimana rekan hanif
berarti di SPTnya nanti Lebih bayar.
ini bisa dikompensasikan atau restitusi.
tapi siap-siap diperiksa.o ya, apakah anda memang terdaftar sebagai OP tertentu?
kalau memang ya, berarti memang akan LBSalam
rekan hanif kalau berarti kalau begitu angsuran pph 25 usaha cabang diakui sebagai kredit pajak nggak. kalau diakui kan berarti omsetnya merupakan gabungan usaha pusat sama cabang
kalau sudah dikukuhkan sebagai WP OP tertentu, sebagaimana saya sampakan tadi, tidak ada istilah pusat cabang. yang ada hanya istilah outlet/ tempat penjualan/ toko yang berada di tempatyang berbeda.
bila tidak ada usaha lain selain sebagai OP tertentu, pembayaran PPh 25 sebesar 0,75% dari masing-masing outlet/ toko tadi sudah merupakan pelunasan pajak terutang untuk tahun pajak berjalan.
mohon dibaca dulu ketentuan diatas.Salam
- Originaly posted by siksakubur:
saya pedagang eceran perhiasan emas tapi di induk saya punya usaha sampingan penggadaian emas
Karean mempunyai penghasilan lainnya (penggadaian), maka cara penghitungan PPh terutang/pengisian SPT Tahunan PPh OP sebagaimana WP OP lainnya, PPh yang telah dibayar (induk/outlet) menjadi kredit pajak.
mau nanya, wp oppt tarifnya 0.75% x omzet, itu final atau tdk ? tq. salam.
- Originaly posted by hkysc98:
mau nanya, wp oppt tarifnya 0.75% x omzet, itu final atau tdk ? tq. salam.
Dari "sejarahnya" memang merupakan pelunasan, atau dapat juga diartikan "bersifat final" Namun demikian, seharusnya Dirjenpa menerbitkan peraturan dengan merujuk PMK-208